Metamorph My Self

Baru-baru ini saya membaca resensi sebuah buku berjudul "Pak Kalla dan Presidennya". Berbeda dengan kesan saat saya membaca buku Pak Beye, kisah mengenai JK amat menarik bagi saya, bukan karena alasan satu golongan, namun karena saya melihat sosoknya sebagai figur individual yang bagi saya menginspirasi, baik dari attitude , maupun kinerja beliau. Sengaja saya simpan resensi ini di blog untuk mengingatkan saya pribadi dan untuk berbagi kepada pembaca. Langsung saja berikut resensi karya mahasiswa UIN Yogyakarta yang dimuat di Kompas.com, cekidot gan!

entah mengapa masalah yang saya hadapi akhir2 ini tidak dapat saya selesaikan dengan bijak sesuatu telah terjadi, dan itu berasal dari diri sendiri untuk memperbaiki ini semua membutuhkan proses yang pastinya akan memakan waktu padahal kondisi sekarang ini dituntut untuk cepat semua ini membuat saya stress!

Kaki-kaki berpijak Menyangga bagian tubuh yang angkuh diatasnya Kadang ia lelah, terseret-seret langkahnya kadang ia terluka, namun tubuh tak mau dengar derita

“Pandanglah setiap masalah yang kita hadapi sebagai kesempatan karena hanya pada saat yang cukup gelaplah kita bisa melihat bintang” *Tulisan ini dari seorang sahabat, kakak angkatan di jurusan. Bagiku ini adalah suatu persepsi, sudut pandang dalam menghadapi setiap kesulitan.

Ini pengalamanku setahun yang lalu, aku masih ingat karena ini adalah pengalaman lucu dan unik bagiku. Saat itu adzan maghrib telah dikumandangkan, aku mempersiapkan hati dan diri pergi menuju surau terdekat. Aku berangkat agak terlambat sehingga ketika di tengah jalan, kudengar suara iqamah dilantunkan, pertanda bahwa shalat maghrib akan segera di mulai di surau yang saya tuju tersebut. Beberapa orang di jalan saat itu langsung berlari menuju surau. Aku pernah mendengar suatu hadits yang menyebutkan bahwa tidak dianjurkan untuk pergi shalat dalam keadaan tergesa-gesa. Jadi aku tetap berjalan santai, namun tetap bergegas supaya aku tidak ketinggalan 1 rakaat berjamaah. Aku sudah berada di halaman surau saat seorang gadis kecil berdiri di hadapanku, sesaat ia seperti menghalangi langkahku. Aku hanya melempar senyum padanya. Kukira aku menghalangi langkahnya menuju luar surau, namun tiba-tiba beberapa kalimat yang keluar dari ucapannya menyadarkanku “Udah wudlu belum??” Aku t

Rabu sore kemarin aku bertemu dengan salah seorang kawan jurusan di halaman masjid kampus, masjid salman ITB tepatnya. Saat itu saya sedang mengobrol dengan sepupuku, membicarakan tentang kabarnya yang dari percakapan itu aku tahu, bahwa ia akan menjalani sidang kelulusannya. Kemudian kulihat kawan saya itu sedang melintas di belakanbg sepupuku dan kusapa ia saat itu. "hai cang", sapaku padanya. Ican adalah sapaan akrabnya, aku dan Icang sudah saling kenal sejak semester satu  dulu, jadi kami bisa dikatakan cukup akrab. "eh rifqi, gimana kabarnya nih, kemarin (hari minggu, red) ada acara apa koq bawa rombongan?", jawabnya sambil melempar senyum ramahnya padaku. "Loh koq tahu?, kemarin lihat ya??", jawabku sedikit heran, maklum saya merasa tidak bertemu dengan dia saat itu. "Enggak, kemarin saya ketemu zaki, jadi ngerti rifqinya ikutan, emang acara dari mana?", balasnya. Aku sedikit bingung menjawabnya, pasalnya isu golongan agak sensi