Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2012

Mind Set

Mind Set sepertinya sudah menjadi kata serapan dalam bahasa sehari-hari kita sehingga kata ini menjadi mindset. Mindset berarti cara berpikir seorang manusia. Sedangkan manusia itu beragam latar belakangnya: dari suku, budaya, agama, warna kulit, lingkungan atau mungkin kode genetik di seluruh tubuh manusia. Semua hal yang pernah menyentuh pada diri manusia, baik langsung ataupun tak langsung sudah pasti akan memberikan peran dalam kehidupan manusia itu. Kecuali jika jiwa manusia itu mati. Jiwa manusia yang mati itu berarti berhenti dalam proses belajar, minimal belajar tentang hidup. Mereka yang jiwanya hidup, akan memiliki pola berpikir yang berkembang. Akan ke mana tujuannya, kita tidak tahu. Akan menjadi apa kita tidak tahu Namun satu hal yang akan memandu jalan pikiran kita Yang akan menuntun kita pada jalan hidup kita Itulah ketenangan dalam diri kita Cobalah kau ajak bicara hatimu itu.... Apakah ia masih bersua? Ataukah ia telah tiada? Cobalah ka

Potret (Kemiskinan)

Aku memasuki sebuah toko di sebuah pusat salah satu kota ini. Tak seperti biasanya, hari ini aku menemui pengamen yang sedang mendendangkan lagunya dari ujung pintu toko ini. Awalnya kuanggap itu biasa saja, hingga akhirnya ketika kulihat sosok penyanyi di luar sana, aku terbalak. Wajah kecil yang manis itu, yang seharusnya mendapatkan pendidikan, yang harusnya diajari nilai-nilai dan norma dalam hidup, ia mendampingi seorang ibu yang mennggendong bayinya mencari nafkah melalui suara polosnya. Astaga, mau jadi apa negeriku ini? Ketika seorang anak dibiarkan mengarungi kerasnya jalanan Ketika salah seorang penerus bangsa dibiarkan terlunta Ketika harapan mereka dibiarkan sirna Ketika potensi mereka dibiarkan terkubur dalam Siapa yang bertanggung jawab? Aku? Kamu? Kita? Mereka?

Simply Problem

Hari ini semua rencana yang telah saya rencanakan telah sirna, harapan saya untuk menyelesaikan studi ini di bulan Desember 2012 terpaksa harus ditunda hingga tujuh bulan berikutnya. Kecewa tentu saja, karena itu merupakan hal yang sangat manusiawi. Tapi seperti diri saya sebelumnya, saya akan menyelesaikan semua ini. Karena hidup harus terus berjalan, kecuali jika Sang Khalik memutuskan dengan lafadz saktinya "kun" itu, untuk menyelesaikan jalan hidup ini, maka berakhirlah sudah. Semua ini membuat saya menjadi merenungkan tentang apa yang telah saya lakukan selama ini. Sempat saya merasa menjadi orang yang paling malang di dunia ini, merasakan pahitnya hidup di sebuah negeri yang dipenuhi oleh kepentingan banyak pihak, tapi tetap saja apatis terhadap kepentingan orang banyak. Namun saya teringat mereka yang di luar sana, yang tidak mengenyam pendidikan setinggi saya, mereka yang menjalani kehidupan gelap seperti di Ukraina, mereka yang harus menjalani peperangan tiada