Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2012

Berat

Begitu banyak kisah singgah di hati pun banyak bunga bersemi Namun aku bisa memaklumi kala kisah itu datang dan pergi Aku bisa mengerti mengapa bunga-bunga layu dan mati Namun satu hal yang pasti begitu berat melepas cinta yang dinanti begitu berat melepas kau pergi pahit memang kenyataan ini telah kucoba bangkit berdiri namun aku rapuh lagi aku tak bisa melihatmu lari padahal baru beberapa waktu aku temui sesungguhnya luka ini hanya kuasa ilahi yang mampu mengobati

Mengukur Amal?

Sebenarnya saya capek dnengan cara dari beberapa golongan kita yang masih mengukur besar kecil amal perbuatan yang kita lakukan. Padahal besar kecilnya amal. Ikhlas tidaknya amal. Hanya Allah yang berhak menentukan. Karena hanya Allah yang tahu dalamnya hati kita Dan Allah yang berhak untuk mengadili Dan sebaik-baiknya hakim adalah Allah SWT Maka, yang dapat kita lakukan adalah berusaha seikhlas-ikhlasnya Menyerahkan sepenuhnya pada Allah SWT dan ikhlas pada balasanNya Wallahua'lambisshawaab....

Qalbu

Qalbu berasal dari kata Qalib yang berarti yang terbolak balik. Hal ini berdasarkan sifat dari hati itu sendiri yang sering kali ia berubah-rubah, kadang ia baik dan tulus namun kadang ia menjadi buruk dan pamrih. Namun kecenderungannya hati itu lebih menuju ke arah yang buruk. Seperti sifat riya, ujub, takabur maupun sum'ah. Keempat penyakit hati ini didasarkan atas sifat hasad (iri/dengki). Tanda-tanda orang yang hasud itu jelas: benci saat melihat orang mendapatkan nikmat, dan bahagia ketika orang mendapatkan musibah. Oleh karena itu Rasulullah SAW senantiasa mengajarkan pada kita untuk berdoa  "Yaa muqallibalquluub tsabbit qalbii alaa diinika" Artinya: "Wahai Dzat yang Maha membolak-balikkan hati, teguhkan hati hamba pada agamamu (kebenaranmu)" Lantas upaya yang kita lakukan supaya hati kita ini tetap teguh dalam kebenaran adalah dengan senantiasa berdzikir kepada Allah, " waladzikrullaahi akbar" (dan sessung

Nafsu

On Record: Kultum Masjid Baitul Ulum Taman Sari Bukit Bandung Bahwasannya nafsu dalam diri manusia itu dibedakan menjadi tiga perkara: 1. Nafsu Amarah. Adalah nafsu yang senantiasa mengajak diri manusia untuk berbuat kerusakan, bathil ataupun kedzaliman. 2. Nafsu Lawwamah. Adalah nafsu yang senantiasa menyadarkan diri kala kita telah berbuat kerusakan. Namun tingkatan nafsu ini masih belum menyentuh untuk melakukan perbuatan baik. Ibarat manusia yang "tomat", setelah hari ini tobat, esoknya kembali maksiat. 3. Nafsu Muthmainnah. Adalah nafsu yang cenderung untuk mengajak manusia senantiasa berbuat kebaikan. Saat nafsu ini terkendali, semua yang kita lakukan adalah hal yang bersifat untuk kebaikan. Nafsu ini akan terkendali saat kita senantiasa mendekatkan diri kepada Allah, senantiasa bertawakkal dan senantiasa dzikrullah (mengingat Allah) dalam setiap keadaan. Wallahua'lam bisshawaab....

Dunia, Keluarga, dan Agama

On Record: Kultum Baitul Ulum, Taman Sari Bukit Bandung Bahwasannya kita mengenal tiga sahabat. Sahabat pertama, katakanlah sahabat A, kita selalu memberikan perhatian penuh padanya. Kita luangkan waktu kita untuknya, kita perhatikan ia melebihi apapun. Kita selalu menjamunya begitu ia datang dan kita berusaha untuk tidak mengecewakannya. Sahabat kedua, katakanlah sahabat B, kita memberikan perhatian padanya, namun perhatian kita tidak sebesar perhatian kita padanya, kita perhatikan ia namun dalam batas perhatian yang wajar, kita luangkan waktu kita, namun hanya beberapa saat saja.Sahabat ketiga, katakanlah sahabat C, kita tidak pernah memperhatikannya, kita bersikap tak acuh dan tak pernah meluangkan waktu kita untuknya. Suatu saat kita mendapatkan musibah yang besar. Kita butuh pertolongan. Kita pergi ke sahabat A, meminta pertolongan padanya, namun jangankan menolong kita, perhatian pada musibah yang kita hadapi saja tidak, bahkan sahabat A cenderung menghindari kita karena

Itu Kamu?

Kalau tidak salah itu kamu Bayangmu nampak jelas dalam benakku Hingga rasa ragu mulai rapuh Dan kuyakinkan diri ini, bahwa itu kamu