Bersabar

5 Ramadhan 1439 H

Tulisan ini saya buat dengan mengacu pada suatu artikel mengenai tafhim surat Al Hijr setelah sebelumnya saya mencoba memahami terjemah surat tersebut. Adapun artikel tersebut dapat dilihat pada tautan berikut : http://englishtafsir.com/Quran/15/index.html

Sebelumnya saya sampaikan bahwa saya tidak bermaksud untuk menjadi lebih tahu, tapi tulisan ini semata hanya untuk menjadi pandangan pribadi semata, pelajaran dan menjadi pengingat bagi diri sendiri.

Jadi jika memang ada yang kurang berkenan, mohon disampaikan, diingatkan dengan cara yang baik, mudah-mudahan bisa menjadi masukan dan ilmu baru untuk penulis.


---------

Al Hijr (The Rocky Tract / Saluran Berbatu), dalam terjemahan Indonesia diartikan "Negeri / Penduduk Tsamud"

Asbabunnuzul :

Menurut keterangan dari artikel yang saya sebutkan di atas, bahwasannya periode turunnya surat Al Hijr itu kurang lebih bersamaan dengan surat Ibarahim, karena memuat konten yang saling berhubungan dan berlatarbelakang histori yang sama.

Adapun hal yang melatarbelakangi turunnya surat ini antara lain:

1. Peristiwa di mana Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam sedang mengalami ejekan, perlawanan dan permusuhan dari kaumnya sehingga sampailah pada suatu saat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam sudah mencapai titik batasnya.

Sebenarnya saya sendiri tidak berani menuliskan kata "batas kesabaran" karena Rasululah itu manusia paling sabar di muka bumi ini --tapi seharusnya sangat manusiawi jika manusia memiliki batas kesabaran yang berarti mungkin kalau kita (manusia biasa) yang mengalami sudah tidak kuat mental kita, dan bukankah sudah berkali-kali dijelaskan dalam Al-Quran bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam itu hanyalah manusia biasa yang diangkat menjadi rasul yang bertugas tidak lain hanya untuk menyampaikan risalah, ajaran, dan peringatan dari Allah subhanaahu wa ta'alaa--, akan tetapi yang dimaksudkan sesuai latar belakang sejarah dan apa yang tertulis dalam surat Al Hijr kurang lebih menggambarkan kondisi tersebut.

Dan hal ini masih berhubungan dengan laterbelakang yang kedua, yaitu

2. Untuk menghibur, menenangkan dan membesarkan hati Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.

Sebenarnya ibrah dari surat ini kalau dijelaskan banyak sekali, akan tetapi di sini saya hanya ingin fokus pada satu hal saja, yaitu "bersabar".

Pada ayat ke 97 :

وَلَقَدْ نَعْلَمُ أَنَّكَ يَضِيقُ صَدْرُكَ بِمَا يَقُولُونَ

"Dan Kami sungguh-sungguh mengetahui, bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa yang mereka ucapkan"

Di sini disebutkan bahwasannya dada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menjadi sempit karena ejekan, olok-olok, perlawanan dan permusuhan dari kaumnya. Sebagaimana telah ditulis pada ayat-ayat awal surat ini, bagaimana kaum kafir Quraisy itu mengejek Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam sebagai (maaf) orang gila, pembohong, pendusta. Betapa keras kepalanya kaum kafir tersebut sampai menantang Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam untuk mendatangkan malaikat di hadapan mereka-- sebagai orang beriman mungkin kita bertanya-tanya, sebenarnya siapa yang gila?--.

Pada kondisi tersebut ternyata manusia paling sabar, paling sempurnapun juga memiliki batas kesabarannya. Bedanya karena Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam itu memiliki sifat ma'shum (terjaga), maka Allah subhanaahu wa ta'alaa menjaga dengan menenangkan, membesarkan hati, dan menghibur hati beliau.

Pada ayat berikutnya terdapat ayat yang menjadi pelajaran bagi kita, bagaimana ketika kita menghadapi situasi tidak sabar sehingga sampai dada kita menjadi sempit karena berbagai urusan-urusan dunia. Manusia selevel kita, mungkin menghadapi bos galak, mengahadapi orang yang tidak sepaham dengan kita, gaji/pendapatan kurang, menghadapi anak yang rewel, suami/istri lagi tidak harmonis, atau hal-hal yang kita inginkan ternyata tidak kita dapatkan, mungkin dada kita sudah terasa sempitnya minta ampun, padahal sudah berusaha bersabar. Adapun ayat tersebut adalah: 

فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَكُنْ مِنَ السَّاجِدِينَ

"maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud (shalat)"

Jadi jika kita mengalami permasalahan sehingga sampai pada suatu saat di mana kita sudah tidak bisa bersabar, maka yang dapat kita lakukan adalah bertasbih, memuji Asma Allah subhanaahu wa ta'alaa, dan bersujud atau dalam konteks ini sholat.

Hal ini mungkin masih memiliki korelasi atau relevan dengan hadits yang mengajarkan, apa sih yang kita lakukan saat marah :
1. Membaca isti’âdzah
2. Menahan diri (diam)
3. Mengambil air wudlu
4. Merubah posisi (duduk / berbaring)

Salah satu cara untuk meredam amarah adalah dengan mengambil air wudlu, dan dalam konteks kesabaran, salah satu kecenderungan orang yang sudah mencapai titik sabarnya adalah marah. Ketika kita marah, kita dianjurkan untuk salah satunya mengambil air wudlu, ini sangat relevan dengan sholat saat dada kita terasa sempit (tidak sabar), karena pastinya orang yang sholat akan mengambil wudlu terlebih dahulu dan dalam sholat terdapat duduk (merubah posisi) dan lebih baik lagi bersujud.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Petuah Bijak - Dewa 19

Renungan: Tafakkur

Persepsi

Kecewa?

Menyadari