Apa Duniamu?

Beberapa hari ini saya mulai menyadari bahwasannya di balik dunia yang satu ini (dengan asumsi bahwa dunia pararel memang tidak ada, hmm kali aja ada, kan semua kemungkinan masih ada selama kita masih belum bisa membuktikan kebenarannya), yah kembali ke topik awal bahwa di balik dunia yang satu ini ternyata menyimpan banyak dunia dalam persepsi masing-masing orang.

Dunia dalam persepsi masing-masing orang maksud saya di sini adalah tempat di mana ia bisa hidup. Yah maksudnya bukan diartikan secara harfiah namun diartikan secara maknawi. Jika kita mengartikannya secara harfiah itulah yang saya maksud dengan dunia yang satu ini. Akan tetapi dalam hal dunia yang diartikan secara maknawi maksudnya adalah tempat di mana seseorang dapat hidup sesuai dengan apa yang menjadi hasrat untuk hidupnya. Sering kali kita menemukan orang yang berada dalam suatu kondisi yang menurut kita itu sangat menyenangkan bagi kita namun belum bagi yang orang tersebut, begitu pula sebaliknya.

Salah satu contoh sederhana adalah kehidupan di desa dan di kota. Mungkin ada sebagian orang yang menganggap bahwasannya hidup di kota itu membahagiakan. Sebagian orang tersebut berpendapat bahwasannya di kota mereka bisa mendapatkan banyak fasilitas, dari akses informasi, pendidikan dan pengetahuan, tren yang sedang berkembang di masyarakat, hiburan dan lainnya. Namun bagi sebagian orang mungkin merasa bahwa hidup di kota itu menyusahkan, mereka menganggap di kota itu baru bisa hidup hari sabtu dan minggu, sedangkan senin hingga jumat adalah masa bekerja yang menyusahkan. Mereka yang berpendapat bahwa di kota menyusahkan mungkin sangat mencintai kehidupan di desa yang tidak dituntut banyak hal mengenai pekerjaan, asalkan target memenuhi kebutuhan dasar selesai, maka selebihnya bisa menikmati hidup.

Contoh lain mungkin mengenai kehidupan di bidang teknik sipil (hmm... saya ambil contoh ini karena berkaitan dengan latar belakang pendidikan saya). Bagi sebagian orang mungkin menganggap kehidupan di teknik sipil itu sangat menyusahkan dan berat karena harus dikejar dengan target untuk memenuhi efisiensi dan kualitas pekerjaan. Namun bagi orang lain yang menikmati dunia teknik sipil mungkin menganggap bahwasannya bekerja di bidang ini sangat menarik karena hasil pekerjaannya dinikmati oleh masyarakat, seperti jalan, jembatan, gedung, hingga saluran.

Yah memang dunia yang saya maksudkan di sini memang berlandaskan hasrat jiwa seseorang. Dan itu memang berkaitan dengan daya pikir, pola pikir, latar belakang pendidikan, dan latar belakang masyarakat masing-masing orang.

Namun ternyata di luar sana mungkin masih ada beberapa orang yang tidak tahu apa hasrat mereka selama ini. Mungkin inilah yang dinamakan dengan disorientasi alias tidak memiliki tujuan. Bagaimana ia tahu ke mana ia menuju jika ia tidak tahu dunia mana yang akan ia kejar, dan bagaimana ia dapat tahu dunia tersebut jika ia tidak memiliki hasrat?.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Petuah Bijak - Dewa 19

Renungan: Tafakkur

Kecewa?

Persepsi

Menyadari