Rizki

Saya mendapatkan pemahaman baru tentang rizki. Sebelumnya saya meyakini bahwasannya rizki bukanlah terbatas pada paham materialisme yang berupa harta kekayaan yang melekat pada tubuh manusia (yang seperti itu namanya sosialita). Rizki itu mencakup segala sesuatu yang kita rasakan baik lahir maupun batin. Mungkin bisa jadi materi yang dimiliki seseorang dalam pandangan kita sedikit, namun hidupnya sangat bahagia, penuh barakah. Segala sesuatu yang ia kerjakan selalu membuahkan hasil yang baik sesuai harapan. Rizki juga mencakup apa yang melekat pada diri kita seperti kebebasan berpikir, kekuatan/kemampuan untuk melakukan sesuatu, penglihatan, pendengaran, nafas, hingga seluruh hal terkecil yang ada di dalam diri kita itu juga merupakan rizki.

Memang ada rizki yang harus dikejar juga seperti harta. Namun saya baru menyadari bahwa yang bisa dikejar ternyata bukan hanya harta. Shalat berjamaah itu rizki, ketika tertinggal shalat berjamaah, maka lewatlah rizki itu. Membaca Al-Quran Al Kariim juga merupakan rizki, ketika kita tidak memberikan waktu luang untuk membacanya, maka tidak ada rizki yang kita terima. Silaturahim juga merupakan rizki, ketika kita menelantarkan hubungan silaturahim, maka terlantar pula rizki kita. Menuntut ilmu juga merupakan rizki, ketika kita tak lagi menuntut ilmu, maka tak ada lagi rizki yang kita dapatkan.

Pandangan tentang rizki memang sungguh luas, mempersempitnya akan membuat kita lupa bagaimana cara bersyukur pada Sang Pemberi Rizki.

http://www.hidayatullah.com/read/2013/08/23/6001/raih-rizki-dengan-perkuat-doa-ibadah-dan-ikhtiar.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Petuah Bijak - Dewa 19

Renungan: Tafakkur

Kecewa?

Persepsi

Menyadari