Orang Asing

Alkisah terdapat seorang pemimpin suatu negeri. Ia menjalankan negerinya dengan sistem yang ia buat sedemikian rupa terlihat sangat sempurna, di mata rakyatnya dan di mata dunia. Dalam sistem yang ia jalankan, ia memperbolehkan praktek korupsi. Namun praktek ini hanya terbatas dalam lingkungan tertentu, kalangan atas tentunya. Ia menjalankan sistem tersebut karena tak kuasa menghadapi tantanan dari luar.

Latar belakangnya adalah kenaikan harga pasar. Jika ia tidak menjalankan praktik korupsi artinya masayrakat pegawai negeri harus dinaikkan gajinya supaya roda pemerintahan berjalan lancar. Namun tentu itu akan menimbulkan dampak turunan, kenaikan gaji pegawai pasti akan menyebabkan lonjakan harga pasar. Maka ia dihadapkan dengan pilihan apakah ia akan menaikkan gaji pegawai dengan konsekuensi pasar menjadi tidak stabil, atau ia memberikan rangsangan pada beberapa orang terdekatnya untuk korup sehingga roda pemerintahan berjalan dan harga pasar stabil. Tak mau ambil resiko sang pemimpin mengambil pilihan kedua.

Suatu ketika ia mendapati rekening salah seorang Menterinya. Ia cukup terkejut dengan apa yang ia lihat bahwa ternyata Menteri tersebut merupakan seorang yang miskin. Tak lama ia pun memanggil Menteri tersebut dan ditanya, "Saudaraku, Anda ini adalah seorang Menteri, Mengapa Anda Miskin?.

Menteri tersebut sebenarnya adalah orang yang akademis idealis. Ia enggan melakukan praktek kotor yang selama ini direstui oleh pemimpinnya itu. Namun di sisi lain ia tak bisa mengelak lagi bahwa sang pemimpin mengetahui kondisi keuangannya. Sang Menteripun berkilah, "Yah, saya hanyalah seorang pengajar di salah satu perguruan tinggi, dan gaji saya per bulannya memang tidaklah terlalu tinggi".

"Uang itu bukanlah perkara mudah, saya rasa dengan ini Anda cukup untuk menjadi orang yang kaya raya", sang pemimpin tersebut menuliskan sebuah cek tertulis saldo beberapa milyar.

Menteri itu tak kuasa menolak tawaran itu. Bukan karena nilainya yang menggiurkan. Jika ia menolak tawaran tersebut secara tidak langsung ia telah menyatakan bahwa ia melawan sistem yang dijalankan oleh pemimpin tersebut.

Rekam jejak pemimpin ini dikenal sangat menakutkan. Jika suatu hari ada orang yang melawannya, bisa jadi beberapa hari kemudian atau bahkan mungkin keesokan harinya orang-orang akan mendapati ia sudah tidak ada. Mungkin secara misterius hilang dan takkan ditemukan, mungkin juga orang-orang akan mendapati ia sudah ta benryawa.

Namun yang menjadi pertanyaan berikutnya adalah, untuk apa cek itu akan digunakan. Akhirnya suatu saat Menteri itu mendapatkan suatu ide. Ia menyimpan cek itu baik-baik. Ia taruh cek itu dalam suatu pigura dan kemudian ia pajang di suatu tempat di dalam rumahnya sehingga apabila ia ditanyai mengenai cek tersebut ia bisa berkata bahwa cek itu masih ada.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Petuah Bijak - Dewa 19

Renungan: Tafakkur

Kecewa?

Persepsi

Menyadari