Faktor Resiko

Pagi ini cerah. Saat bangun tadi aku merasa semua rencana akan berjalan lancar.

Semula aku berencana untuk melanjutkan kerjaan hari kemarin, mencetak cover buku. Namun saat kulihat kamar cukup berantakan dengan baju-baju kotor yang menumpuk, maka aku putuskan untuk merapikan kamar terlebih dahulu, baju-baju pun aku cuci, sembari itu aku menyetrika pakaian yang kucel di dalam lemari.

Alhasil, agenda keberangkatan yang sebelumnya kujadwalkan jam setengah delapan jadi mundur hingga jam setengah sebelas.

Ya, saat berangkatpun langit masih terlihat cerah. Aku mampir sejenak di sebuah mini market untuk mengisi kekurangan glikogen dalam tubuh. Perjalananpun dilanjutkan hingga aku sampai di tempat pembuatan film di salah satu toko di jl. Pungkur. Kulihat waktu masih menunjukkan pukul 11 siang, setidaknya waktu yang kumiliki masih panjang, batinku.

Namun setelah aku order tadi hingga kutulis blog ini, ternyata orderku tadi belum kelar... Ah, pusinglah aku dibuatnya.

Perut kosong nunggu pesananku, membuatku berpikir, merenung. Bahwasannya aku tidak bisa selalu mengandalkan kondisi ideal, sebab segala sesuatu memiliki resiko untuk keluar batas, di luar kendali, yang menyebabkan kondisi ideal sering kali tak tercapai. Bahkan saat berbisnispun kerap kali kita memasukkan faktor resiko, maka seharusnya dalam waktu pun kita mestinya memasukkan faktor resiko pula.

Ah.. apa daya, yang lalu biarlah berlalu, setidaknya ini bisa jadi instropeksi buatku ke depan.

"Alam memiliki kecenderungan untuk tidak teratur"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Petuah Bijak - Dewa 19

Renungan: Tafakkur

Kecewa?

Persepsi

Menyadari