"?", Masih Pentingkah Keberagaman?

Awal tahu trailer film ini pas makan di Kantin Salman ITB. Saat lihat trailernya saya langsung tertarik. Sempat terdengar kabar juga bahwa film ini membawa tema tentang kerukunan umat beragama. Apapun itu, sangat tertarik untuk melihat film ini karena film ini menggambarkan tentang keberagaman, sangat Indonesia bagi saya karena negeri ini memang berdasarkan prinsip kebhinnekaan.

Hari ini akhirnya keinginan tersebut terwujud. Bersama dua orang saudara saya, saya pergi nonton film karya Hanung ini di salah satu bioskop favorit mahasiswa di kota Bandung. Namun sayang, lima menit pertama telah saya lewatkan, sehingga beberapa kisah awal tidak terekam dalam ingatan saya.

Langsung saja, berikut singkat ceritanya.

*****

Film ini menceritakan beberapa tokoh utama, yaitu Menuk, Soleh, Hendra, Rika, dan Surya.

Diceritakan ada seorang pembeli ingin membeli makanan di suatu restoran cina, Canton Chineese Food namanya. Restoran ini menyajikan berbagai macam masakan, termasuk daging babi. Tentu saja pembeli tadi langsung bertanya-tanya pada pramusaji resotran tersebut, Menuk. Menuk adalah wanita sholihah yang mengerti syariat, bagaimana memisahkan makanan dan cara memasak yang halal dan haram. Dengan ramah ia menjelaskan pada pembeli tersebut bahwa restoran tersebut selain menyajikan daging babi, juga menyediakan daging yang halal dan cara memasak dan alatnya juga dipisah. Namun pembeli akhirnya urung memesan karena takut kalau makanannya tercampur daging babi.

Suatu hari Soleh, suami Menuk, datang ke restoran. Sang suami yang linglung karena belum mendapatkan pekerjaan meminta Menuk menceraikan dirinya. Sontak perkataan Soleh membuat hati Menuk hancur. Cucuran air matanya tak terbendung hingga salah seorang teman yang juga pelanggan restoran datang menenangkan hati Menuk, Rika namanya.

Rika adalah seorang janda yang memiliki seorang putra, Abi. Rika baru masuk Katolik dan akan dibaptis, dulu ia seorang muslimah. Meskipun telah memutuskan untuk keluar dari agama islam, Rika tidak mengajak anaknya turut serta berpindah agama, justru ia mendukung segala kegiatan Abi yang bernilai islami.

Rika memiliki seorang teman bernama Surya. Surya seorang aktor, namun ia bukan aktor terkenal, kalau tidak jadi penjahat biasanya ia memerankan figuran. Bahkan Rika pernah menyapa Surya dengan sebutan Mr. Antagonis karena seringnya menjadi tokoh penjahat.

Sosok lain dari fim ini adalah Hendra, anak dari pemilik restoran cina tempat Menuk bekerja. Hendra digambarkan sebagai sosok yang tidak memiliki arah hidup. Ia memiliki banyak kesempatan dalam hidupnya, namun ia tidak bisa memilih langkah hidupnya.

Kisah selanjutnya dalam film ini menggambarkan kehidupan lima tokoh ini yang penuh dengan gesekan-gesekan kehidupan beragama, asmara, dan persahabatan.

Yang berkesan dari film ini adalah film ini menyangkan adegan saat hari-hari besar umat islam dan kristiani. Digambarkan saat paskah, di mana Surya menyanggupi tawaran menjadi aktor utama saat peristiwa penyaliban Yesus. Di saat Ramadhan digambarkan saat-saat Rika menuntun abi mengucapkan niat berpuasa. Begitu ceritanya berputar-putar di hari besar umat beragama di Indonesia.

*****

Yah, afterall. Memang saya akui ada nilai-nilai keberagaman, keberagamaan, dan toleransi dalam film ini. Ada pula nilai kejujuran pada diri sendiri, seperti halnya seorang Rika yang mengambil langkah ekstrim, namun itu semua atas dasar keinginannya pribadi, ia beragama bukan karena paksaan.

Di sisi lain ada nilai kasih sayang dan kepahlawanan Soleh. Meskipun filmya agak aneh karena diceritakan bahwa Soleh membawa lari bom yang ia temukan dan bukannya dibuang atau dilempar atau memanggil jihandak atau pula membubarkan massa. Mungkin Hanung ingin menceritakan seperti itulah hidup, terkadang dalam keadaan yang genting, manusia acap kali kehilangan kendali.

Mungkin beberapa orang menyayangkan adanya nilai kemurtadan dalam film ini. Namun seperti inilah hidup, hidup memang diciptakan beragam, kita tidak bisa memaksa orang untuk beragama, yang bisa kita lakukan adalah memberi kabar tentang apa dan seperti apa agama kita.

Pada akhirnya saya menyimpulkan bahwa dalam film ini juga memberitahu bahwasannya setiap agama pasti mengajarkan nilai-nilai kebaikan pada umatnya. Jika tidak, mungkin harus dipertanyakan, seperti judulnya, "?".

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Petuah Bijak - Dewa 19

Renungan: Tafakkur

Kecewa?

Persepsi

Menyadari