Shodaqotun Jariyah

Liburan semester ganjil kemarin, aku pulang ke kediaman orang tuaku, kembali menuju tempat di mana aku berasal, Dampit, sebuah kota kecil di wilayah selatan Kabubaten Malang. Rumah orang tuaku berada di sebelah selatan gunung tertinggi di pulau Jawa: Gunung Semeru, dengan puncaknya yang terkenal: Mahameru. Seringkali aku mengagumi megahnya gunung tersebut saat jalan-jalan di pagi hari, keindahannya saat tersiram oleh sinar fajar selalu saja membuatku terpukau. Namun sayang aku tak bisa membagi keindahan itu dengan pembaca untuk saat ini.

Rumah ortu bertetanggaan dengan paman dan bibi. Tiap kali aku pulang, aku selalu menyempatkan diri silaturahmi dengan mereka. Bagiku, perbincangan dengan paman selalu menjadi saat yang menyenangkan, karena alam pemikiran beliau yang sederhana dan terbuka.

Kemarin saat aku silaturahmi ke rumahnya, beliau memulai topik pembicaraan yang menambah wawasanku.

***
"Tahukah kamu, bahwa seorang mukmin yang beribadah dari shalat sebelum fajar, kemudian dilanjutkan dengan shalat shubuh berjamaah, kemudian dilanjutkan dengan dzikir, hingga dilanjutkan dengan shalat sunnah di waktu dhuha, pahalanya sama dengan orang yang melakukan umroh". ucapnya dengan suaranya yang dalam.

"Lantas??", aku bertanya karena saat itu aku belum paham, mengapa ia membuka topik tersebut.

"Yah, lantas mengapa ada orang-orang yang berulang kali melakukan umroh, yang notabene adalah ibadah sunnah, bukan wajib??. Oke, mungkin bukan suatu masalah jika perjalanan umroh yang dilakukan dalam rangka menelusuri jejak-jejak perjuangan Rasulullah SAW dan sahabat-sahabatnya, atau dilakukan dalam rangka menelusuri jejak-jejak ibadahnya saat ibadah haji sebelumnya", jawabnya.

"Nah, kondisinya sekarang, banyak sekali umat yang melakukan ibadah umroh, bahkan pergi haji berkali-kali di luar tujuan tersebut. Pertanyaannya apa manfaatnya jika ia sering berangkat ke tanah suci bagi masyarakat sekitarnya?, apakah ia telah mengubah sesuatu?".

Beliau melanjutkan, "Nah sekarang kondisinya kita ubah, bagaimana jika dana yang digunakan untuk umroh atau haji (yang dilakukan berkali-kali, red) digunakan untuk hal lain??, misalnya dalam kasus orang umroh hingga 10 kali, berapa banyak dana yang telah dikeluarkan??"

"benar juga ya, jika uang sebanyak itu digunakan untuk hal lain, misalnya untuk membuka lapangan pekerjaan baru, dari usaha tersebut kita dapat memberi pekerjaan seseorang, dengan kata lain kita memberi jalan supaya kebutuhan seseorang terpenuhi, nah kalo usahanya berkembang itu bisa menghidupi keluarga pegawai, bahkan menyekolahkan anak pegawai tersebut, wah manfaatnya besar banget ya..", jawabku.

"Nah, bagiku itulah yang namanya shadaqah jariyah (shadaqah yang pahalanya terus mengalir), mengapa? sebab manfaatnya itu terus mengalir, dari kita memberi kesempatan pada orang lain, manfaatnya terus berjalan tanpa henti, bagi saya seperti itulah shadaqah jariyah, manfaatnya tidak pernah terputus. Kalau menurut orang lain, mungkin berbeda pendapatnya", imbuh pamanku.

"Yang jelas, sikap seseorang yang mengerti dan yang tidak mengenai hal inilah yang membedakan, makanya orang yang berilmu dan beriman derajatnya akan diangkat tinggi oleh Allah SWT", tambahnya.


***
Aku terdiam merenungkan pembicaraan tersebut. Bagiku ada benarnya juga apa yang dikatakan pamanku. Ibadah umroh pahalanya dapat ditempuh dengan jalan yang lain. Sedangkan biayanya dapat digunakan untuk hal yang lebih bermanfaat, yakni shadaqah yang mengalir (nilai kebaikannya) sampai kiamat, yakni shadaqah yang bermanfaat hingga akhir zaman.. Bukankah filosofi manusia terbaik menurut agama islam adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya??

Terkadang kita tidak merasa, bahwa apa yang kita lakukan berlebihan. Dari hal biasa sampai ibadah, hingga kita lupa bahwa kita dapat melakukan hal yang lebih bermanfaat saat kita tidak berlebihan. Seperti ibadah umroh tadi contohnya. Terkadang ada yang melakukannya berlebihan, umroh hingga puluhan kali, berhajipun juga berkali-kali. Padahal ibadah haji yang kedua dan seterusnya dianggap sebagai amalan sunnah, begitu pula umroh adalah ibadah sunnah yang nilai kebaikan ibadah kedua hal tersebut dapat dicari melalui cara lain. Di sisi lain, mungkin ada yang lebih membutuhkan nilai biaya tersebut daripada yang mampu puluhan kali pergi ke tanah suci.

Mungkin kita mesti senantiasa mengingat ayat ini, "Berdo’alah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas" [Al-A’raaf : 55].

Wallahua'lam Bisshawab...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Petuah Bijak - Dewa 19

Renungan: Tafakkur

Kecewa?

Persepsi

Menyadari