Muhabbatain

Hari ini begitu banyak kisah-kisah asmara di sekitar kehidupanku. Yah saya melihat dari beberapa status dan postingan di FB. Dari yang mengulas tentang hakikat sebuah cinta sejati, sampai kehilangan sesuatu yang dicinta.

Termasuk tokoh di dalamnya adalah diriku sendiri. Hmm, sepertinya aku menyadari bahwa akau sudah dibutakan oleh cinta, yah satu hal lagi idealisme yang mulai tergerogoti dalam jati diri saya.

Entah mungkin karena kekecewaan, justru idealisme itulah yang pada akhirnya mengingatkan diri saya, bahwa sesungguhnya cinta yang saya yakini tidak akan membuat kesucian orang yang saya cintai ternodai sedikitpun! (semoga tulisan saya ini konsisten dengan perbuatan saya kelak, amiin). Kesucian yang harus dijaga dalam rambu-rambu agama islam tentunya, yakni menjaga kesucian antar mahram.


Sebab, Allah SWT mencintai makhluk dengan rahman dan rahimNya. Dengan cintanya Dia membuat kehidupan di muka bumi ini adil bagi makhlukNya, membentuk suatu siklus berulang-ulang. Seolah-olah dunia ini bertasbih atas kehendakNya.

Begitu pula Rasulullah SAW juga mencintai umatnya. Bahkan di akhir hayat beliau, tiga kata terakhir  terucapkan saat sakaratul maut adalah, "ummaty... ummaty... ummaty..." (umatku... umatku... umatku...).

Terkadang kita menginginkan cinta itu dari orang yang kita sayangi, berharap bahwa cinta itu tak bertepuk sebelah tangan. Namun seandainya itupun tak bertepuk sebelah tangan, apakah kita bisa menjamin bahwa cinta itu abadi?.

Yang bisa menjawab hanya diri kita sendiri. Suatu saat kita akan terbangun dari mimpi-mimpi cinta itu, dan kita kan menyadari seberapa dalam dan abadinya cinta yang telah kita cari.

Namun dengan segenap keyakinan hati (insya Allah), saya mengatakan bahwa tidak ada cinta sedalam serta seabadi cinta Allah SWT kepada makhlukNya dan cinta Rasulullah SAW kepada umatnya.

Yah, itulah Muhabbatain (dua cinta) , suatu perkara yang jika kita mencari dan merasakannya, insya Allah akan kita nikmati manisnya iman.

Yah, pada akhirnya saya hanyalah manusia yang sedang belajar mencintai.


Wallahua'lam bisshawab

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Petuah Bijak - Dewa 19

Renungan: Tafakkur

Kecewa?

Persepsi

Menyadari