Cinta VS Benci

Saat saya mulai mengeksplorasi perasaan cinta. Ada satu hal unik yang saya rasakan. Yakni pada saat kita mencoba memberi yang terbaik, mengarahkan untuk yang terbaik, tanpa kehendak paksaan tentunya pada obyek yang kita kasihi, dan dia tidak mengindahkannya maka muncullah yang namanya amarah dari dalam hati. Namun amarah ini masih terkendali perasaan cinta.

Dalam satu kasus, saya mengeksplorasi perasaan ini dalam bentuk kebencian, berharap orang yang saya kasihi mengerti bahwa saya telah menuntunnya ke arah yang terbaik baginya. Dan saat orang yang saya kasihi masih belum peka pada apa yang kita maksud, kebencian itu berubah dari sekedar sikap menjadi perbuatan, dan jika masih belum peka, maka saya akan meninggalkannya, dan pilihan terakhir ini adalah pilihan yang sebisa mungkin dihindari.

Saya mencoba menganalogikakan kasus ini seperti kasih sayang Allah SWT. Dengan rahman dan rahimNya, Dia mencintai seluruh makhluknya. Allah SWT telah memberikan suatu petunjuk, yakni jalan menuju kebenaran, shiraatalmustaqiim (jalan yang lurus), yang bersumber dari firmanNya: Al Quran, dan ajaran rasulNya: As-Sunnah.

 Saat manusia berpaling dari jalan itu, maka Allah akan memberikan sikap benci, yakni benci terhadap perilaku manusia. Saat itu muncul suatu tanda-tanda, mungkin dalam bentuk musibah kecil. Saat manusia telah diberi sikap benci itu dan masih belum sadar, maka Allah akan memunculkan sikap itu menjadi tindakan, mungkin dalam bentuk bencana. Dan saat manusia masih belum sadar juga, maka malapetakalah yang akan datang, mungkin bukan di dunia, namun di akhirat: neraka, suatu tempat bagi mereka yang berpaling dari jalannya. Naudzubillahimindzaalik!.

Namun, semua itu hanyalah pemikiran pribadi saya sebagai seorang manusia biasa, semoga bila benar dapat mengingatkan kita semua, dan jika salah ada yang mengingatkan saya.

Wallahua'lam bisshawab

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Petuah Bijak - Dewa 19

Renungan: Tafakkur

Kecewa?

Persepsi

Menyadari